Learning Time: The Story

Sudah 1 tahun lebih blog ini tidak diisi. Dokumentasi kegiatan makin banyak diunggah di sosial media pribadi ketimbang ditulis di blog *tutup muka*.

Tapi kali ini mencoba menulis kembali karena habis bermain dengan abon (anak bontot) menggunakan paket dari Learning Time.

Learning Time meluncurkan program terbaru yang diperuntukan untuk anak-anak usia 2,5 hingga 6 tahun yakni The Story. Pas untuk abon yang saat ini berusia hampir 3,5 tahun.

Buku cerita dan materi bulannya terdiri dari tema-tema yang kohensif bagi anak-anak untuk mendukung perkembangan bahasa mereka. Kali ini yang dimainkan Abon temanya tentang Community Helper (Pekerja Masyarakat).

Untuk abon yang masih mempelajari Bahasa Indonesia juga cocok banget karena medianya yang menarik untuk ia eksplor. Tidak perlu bingung karena lengkap dengan guidelines untuk orang tua.

Seru ya, kebetulan dua abangnya mau nimbrung jadi mereka sempat ikutan saat bermain role play menggunakan Town Playset.

Untuk info lebih lanjut tentang program Learning Time bisa buka official website https://www.learningtime-id.com atau Instagram @learningtime.id.

Tentang Sekolah (Bagian 2)

Seorang guru sepatutnya tidak hanya mengajar atau mendidik namun dapat menjadi sosok yang dipercaya oleh anak saat mereka di sekolah. Karakteristik setiap orang memang berbeda, namun menurut saya ketika menjadi guru ia harus dapat memfasilitasi anak-anak muridnya. Meningkatkan kepercayaan diri anak ketika menghadapi situasi dan segala tantangan yang mereka hadapi di sekolah yang seringkali saat usia dini banyak melibatkan emosi.

Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (credit pic: papakunpics).
Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (credit pic: papakunpics)

Interaksi antara guru dan anak didiknya menjadi salah satu pertimbangan dalam menyekolahkan anak-anak kami. Ketika guru sering berbicara secara eye level dengan anak, maka sekolah tersebut patut dipertimbangkan.

Asul memberi kejutan pada gurunya setelah beberapa lama absen karena sakit

Asul kami termasuk anak yang lebih sensitif dan lebih banyak melibatkan perasaannya. Seringkali emosinya naik turun dalam menghadapi suatu masalah atau perubahan. Kami sangat bersyukur guru-gurunya selama di TK dapat membantu kami dalam mendampingi dan memfasilitasi kebutuhan emosinya.

Masih panjang pendampingan yang dibutuhkan anak-anak, namun sangat senang ketika mendengar asul dapat dengan mudah beradaptasi di sekolah barunya & dapat membela diri saat ia menemukan suatu masalah.

Surat yang asul tulis untuk gurunya
Entah apa yang dibahas

Tentang Sekolah (Bagian 1)

Saya sangat jarang menulis tentang sekolah. Namun tahun 2016 silam, saya pernah menulis tentang Hunting Sekolah untuk Asul (anak sulung). Saat itu kami memang baru pindah dari Kalimantan dan sedang mencari-cari sekolah.

Saya & suami percaya bahwa setiap anak itu unik dan memiliki caranya masing-masing dalam belajar sehingga awal kami mencari sekolah memang kami mencari sekolah yang tidak serta merta fokus pada akademis, namun juga memperhatikan segala aspek perkembangan anak termasuk sisi emosinya. Fokus pada proses belajarnya. Bagaimana menciptakan lingkungan nyaman agar anak-anak dapat menikmati proses belajar mereka tidak hanya untuk saat ini, tetapi sepanjang hidup mereka.

Tidak terasa, Asul sekarang sudah lulus dan masuk SD. Melihat perkembangan Asul, kami memasukan Ateng di sekolah yang sama pada tahun selanjutnya (2017).

Awal anak-anak bersekolah, masih sering mereka menangis atau menolak untuk berangkat. Sekarang? Jangan ditanya, saya harus pintar-pintar bernegosiasi agar anak-anak mau pulang. Proses belajar yang menyenangkan dan lingkungan sekolah yang nyaman membuat mereka betah berlama-lama bermain di sekolah.

Hal ini juga yang akhirnya membuat kami memutuskan untuk memasukkan abon ke kelas kelompok bermainnya. Iya, memang awalnya tidak ingin menyekolahkan anak cepat-cepat. Namun dengan penuh pertimbangan akhirnya di tahun ajaran 2018 ini Abon resmi bersekolah di sekolah yang sama dengan abang-abangnya.

Di tahun ke-3 yang sedang berjalan ini, saya pribadi sangat puas dengan perkembangan dan peningkatan kualitas yang terus dilakukan oleh sekolah ini. Pengalaman menyampaikan masukan juga ditanggapi dengan baik. Komunikasi aktif selalu terjalin dan orang tua dilibatkan dalam kegiatan anak.

Tahun ini juga sekolah ini menerapkan pembelajaran sentra-sentra yang selama ini saya tahu. Mulai tahun 2018 sekolah menerapkan “SMART CURRICULUM”. Kurikulum yang dikembangkan dari Kurikulum Nasional (K-13) yang diperkaya dan dideferensiasikan berdasarkan usia perkembangan siswa dengan keragaman bakat dan keunggulan setiap siswanya.

Tahun ini Ateng akan lulus dari sekolah ini. Abon? Kita lihat nanti apakah ia akan terus melanjutkan sampai lulus ya 😀

Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah Tahun 2016 (Asul) credit pics: papakunpics
Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah Ateng (2017) credit pic: papakunpics
Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah 2018 (Abon) credit pic: papakunpics
Hari Pertama Sekolah 2016-2017-2018

Air Biasa atau Air Garam?

Sebenarnya kegiatan ini awalnya ingin mengajak asul bermain-main dengan kata-kata. Makanya ada huruf-huruf yang dibekukan menjadi es batu. Namun ternyata saat pelaksanaan, kegiatan berubah jadi kegiatan eksperimen melihat berapa lama es mencair.

Bahan-bahan yang dipakai:

  • es batu (saya sempat memasukan huruf-huruf)
  • 2 buah gelas (satu untuk air biasa dan satu air garam)
  • garam dapur
  • air

Jadi kira-kira es lebih cepat mencair di air es atau air biasa ya? Nanti akan diceritakan lebih lanjut pada tulisan ini ya 🙂

Cooking Project: Spring Roll Ala MikaDo

Bukan pertama kalinya kami membuat masakan jenis. Saya pernah mengajak asul untuk membuatnya saat ia berusia 3 tahun. Kegiatannya dapat dibaca di sini. Saat itu semua bahan sudah dimasak dan asul hanya melipat-lipat kulit sebelum akhirnya digoreng. Kali ini anak-anak memulai dari bagian memotong bahan yang sudah dikukus.

Bahan & langkah lengkap dengan gambar seadanya.
Sebelum mulai cuci tangan dulu ya.
Bahannya dipotong-potong
Memasak & membuat gulungan Spring Roll.
Setelah digoreng, siap disantap (abaikan ekspresi asul).

Mari kita rutinkan kembali acara memasak ini. Selanjutnya masak apa ya?

Hari Ini Aku Merasa… (Bagian 2)

Masih lanjutan dari kegiatan “Hari Ini Aku Merasa…”, buku lain yang saya gunakan untuk kegiatan tersebut adalah buku yang berjudul “Sometimes I feel… SUNNY”. Buku ini saya beli di Big Bad Wolf Book Sale 2 tahun yang lalu.

Buku cerita bergambar karangan Gillian Shields dan Georgie Brikett ini menceritakan tentang macam-macam perasaan yang dapat dialami sehari-hari.

Kalimatnya sangat sederhana dan gambarnya menarik. Kata-kata yang menggambarkan perasaan pada buku ini lebih banyak dan variatif dibandingkan dengan buku sebelumnya.

Yang saya suka dari buku ini adalah terdapat satu halaman yang menggambarkan perasaan anak yang sedang tidak merasakan apa-apa.

Kalau sama bocah laki-laki ini kata-kata yang disampaikan memang tidak bisa yang panjang-panjang. Jadi terkadang saya menggambarkan kembali perasaan yang sudah mereka ceritakan di kertas dan bersama-sama mencari solusi.

Ada kalanya memang sedang tidak ingin menceritakan apa yang dialami dan dirasakan and it’s ok 🙂 Yang penting kegiatan ini menjadi media pembelajaran mereka (dan ibunya) agar lebih memahami perasaan dan karakter masing-masing.

Hari Ini Aku Merasa…

Membaca buku seringkali menjadi momen untuk memancing anak-anak bercerita dan juga menjadi momen menyampaikan suatu pesan. Oleh karena itu, saya lebih banyak membeli buku-buku yang dapat dihubungkan dengan kegiatan dan keseharian anak-anak.

Buku “Happy, sad, silly, mad” karangan John Seven & Jana Christy merupakan buku yang sangat sederhana untuk mengenalkan berbagai macam perasaan. Walaupun sederhana, buku ini masih menarik bagi ketiga anak saya yang usianya berbeda-beda. Kuncinya membaca buku ini dengan intonasi yang menarik atau mengajak anak-anak membaca dan bercerita bersama.

Gambar berwarna dan tulisan sedikit.

Kali ini buku saya gunakan sebagai pembuka untuk memperkenalkan kegiatan yang akan dilakukan.

Buku dan gambar-gambar berbagai macam ekspresi.
Memanfaatkan bahan=bahan yang tersedia di rumah.

Mungkin ada yang heran kenapa gambar dan tulisan yang ada di setiap aktivitas kami mayoritas manual alias tidak memakai tulisan atau gambar yang dicetak. Padahal tulisan dan gambar saya termasuk yang pas-pasan dan tersedia banyak gambar-gambar bagus yang siap dicetak. Pertama, karena sering ide-ide kegiatan muncul begitu saja saat sedang mengamati atau bermain dengan anak. Kedua, susah memiliki waktu untuk membuka laptop (malas mengeluarkan dan membereskan kembali printer lebih tepatnya). Ketiga, tulisan tangan dan gambar manual lebih alami. Hal ini memancing keinginan anak untuk ikut ingin menulis atau menggambar. Karena sejatinya menulis melatih kemampuan kognitif yang berbeda dengan mengetik.

Menggantung gambar dan menceritakan perasaan mereka

Apa yang diharapkan dari kegiatan ini?

Agar setiap hari kami dapat menceritakan kembali kegiatan, peristiwa dan perasaan yang telah kami alami seharian. Anak-anak tidak hanya sadar akan perasaannya sendiri tetapi mereka belajar bahwa orang lain pun bisa memiliki perasaan yang sama atau beda dengan mereka. Apabila terdapat suatu hal yang mengganjal maka diharapkan dapat diselesaikan sebelum tidur.

Pulang sekolah langsung pasang gambar.

Beberapa hari paska kegiatan ini, asul mulai menggantungkan gambar perasaan tanpa saya minta. Ternyata media tersebut mendorong dirinya untuk lebih banyak bercerita tentang apa yang ia rasakan.

Ikuti Polanya

Setelah mengunggah foto dan tulisan tentang aktivitas “Beri Makan Binatangnya” ada yang bertanya tentang apakah aktivitas tersebut cocok untuk usia yang lebih besar. Memang sebenarnya aktivitas yang saya buat itu dibikin untuk abon yang berusia hampir 2 tahun dan akan kurang menantang untuk anak-anak yang usianya lebih besar atau yang sudah cukup fasih (terlatih) motorik halusnya. Atas dasar pertanyaan tersebut maka sayapun mengembangkan jenis permainannya.

Masih menggunakan sedotan dan juga kotak bekas, aktivitas ini dapat dimainkan oleh anak-anak saya yang berusia hampir 2 tahun, hampir 5 tahun dan juga 6 tahun. Jadi rentang usianya lebih luas.

Bahan dan alat yang dipakai.
Buat kotak 8 x 8 (atau sesuai keinginan) pada boks. Masing-masing kotak dilubangi seperti gambar. Panjang sedotan disesuaikan agar muncul sedikit keluar.

Untuk abon saya hanya menyediakan sedotan dan kotak pola. Jadi dia hanya memasukkan sedotan secara acak.

Memasukkan sedotan satu-satu.

Untuk ateng dan juga asul, selain kotak pola dan sedotan, saya juga menyediakan kertas pola yang dapat mereka ikuti.

Keranjang aktivitas berisi kotak pola, kertas pola, sedotan & spidol.
Mengerjakan bersama-sama.

Kali ini saya hanya menyediakan 1 untuk digunakan bersama-sama dengan harapan mereka akan bekerjasama menyelesaikan “tugas” mereka. Benar saja, asul dan ateng saling membantu membuat pola yang mereka lihat di kertas. Selain bekerjasama, pada kesempatan ini mereka juga saling menyelesaikan masalah dan perselisihan karena saling rebutan memasukkan sedotannya.

Yeay, jadi!
Tersedia kertas pola yang belum ada gambarnya.
Menggambar sendiri pola yang diinginkan.
Hasil kerjasama asul (menggambar) dan ateng (mengerjakan).

Yang dapat dipelajari pada aktivitas ini antara lain:

  • berlatih motorik halus,
  • koordinasi jari tangan dan mata,
  • bahasa dan kosakata,
  • berhitung,
  • bekerjasama,
  • menyelesaikan masalah (problem solving).

Apa lagi ya yang dapat dipelajari pada aktivitas ini?

Beri Makan Binatangnya

Beberapa waktu lalu papakun membelikan anak-anak permainan “Lucky Stab Game” untuk asul dan ateng. Permainan tersebut mengharuskan anak memasukan “pedang” tetapi jangan sampai bajak lautnya lompat (lihat gambar).

Tidak disangka, ternyata abon juga suka ikutan main. Tetapi nasib anak bontot suka tidak diajak sama abang-abangnya bermain permainan tersebut.

Bermula dari minatnya terhadap permainan tersebut, maka saya membuatkan aktivitas yang serupa dari sedotan dan kotak bekas. Sebenarnya saya pernah membuat aktivitas ini 4 tahun yang lalu. Aktivitas tersebut dapat dibaca di sini.

Alat dan Bahan yang Dibutuhkan
Bahan dan alat yang dipakai.

Kali ini di rumah banyak tersedia kotak bekas, jadi dapat dimanfaatkan.

Taraaaa… Abaikan gambar yang seadanya :p

Tema yang saya pilih adalah binatang. Binatang digambar di kertas berwarna. Yang dipilih 2 warna saja karena kebetulan sedotan yang tersedia hanya warna biru dan kuning. Tidak memilih banyak warna agar abon bisa lebih fokus. Sedotan saya potong kira-kira saja.

Ayo kasih makan binatangnya ya.
Sadar bahwa gambar pada kotak terbalik. Abon langsung membaliknya.
Ketika sadar gambar terbalik.
Menyediakan berbagai gambar binatang lain yang dapat dilepas dan dipasang.
Ada beberapa gambar binatang lain yang dapat dilepas pasang.
Memilih sendiri gambar apa yang diinginkan
Memilih sendiri gambar yang diinginkan.
Tekun mengerjakan.
Tekun mengerjakannya.
Hore, bisa :)
Horeeee selesai!
Dengan adanya warna-warna, maka diharapkan abon lama-lama akan memasukan sedotan sesuai dengan warna.

Yang dapat dipelajari dari aktivitas ini:

  • Bahasa dan kosakata baru
  • Koordinasi tangan dan mata
  • Memantapkan motorik halus
  • Warna
  • Membaca
  • Mencocokkan dan mengelompokan

Kira-kira apa lagi yang dapat dipelajari pada aktivitas ini ya?

Review Buku: Follow Me – Animal Adventure

Buku ini saya beli saat abon berusia 2 minggu di Big Bad Wolf Sale. Masih awet sampai sekarang dan masih menjadi kesukaan anak-anak. Ya, bahkan asul masih suka buku ini 😀

Judul buku: Follow Me – Animal Adventure

Tipe Buku: Board Book

Bahasa: Inggris

Publisher: Silver Dolphin Books

Halaman: 10 halaman Ikuti petualangan seekor pinguin melewati taman, peternakan, dan savannah sambil bertemu dengan berbagai binatang lain dalam Animal Adventure. Dalam setiap tempat terdapat kalimat berima untuk membantu anak mengikuti jejak dengan jari. Buku ini membantu anak mempelajari berbagai kosakata baru dan juga koordinasi mata dengan tangan sebagai dasar untuk menulis. Buku ini terdapat beberapa seri dan setiap serinya tidak kalah menarik.